Prosedur Perencanaan Campuran Beton
·
Tahap 1: Pemilihan
Angka Slump
Jika nilai slump
tidak ditentukan dalam spesifikasi, maka nilai slump dapat dipilih dari tabel
4.1. untuk berbagai jenis pengerjaan konstruksi.
·
Tahap 2: Pemilihan
ukuran maksimum agregat kasar
Untuk volume agregat yang sama, penggunaan
agregat dengan gradasi yang baik dan dengan ukuran maksimum yang besar akan
menghasilkan rongga yang lebih sedikit daripada penggunaan agregat dengan ukuran
maksimum agregat yang lebih kecil. Hal ini akan menyebabkan penurunan kebutuhan
mortar dalam setiap volume satuan beton.
Dasar pemilihan ukuran maksimum agregat
biasanya dikaitkan dengan dimensi struktur. Sebagai contoh, ukuran maksimum
agregat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Dimana,
D
= ukuran maksimum agregat
d
= lebar terkecil di antara 2 tepi bekisting
h
= tebal pelat lantai
s
= jarak bersih antara tulangan
c
= tebal bersih selimut beton
·
Tahap 3: Estimasi
kebutuhan air pencampur dan kandungan udara
Jumlah air pencampur persatuan volume beton
yang dibutuhkan untuk menghasilkan nilai slump tertentu sangat bergantung pada
ukuran maksimum agregat, bentuk, serta gradasi agregat dan juga pada jumlah
kebutuhan kandungan udara pada campuran.
Jumlah air yang dibutuhkan tersebut tidak
banyak berpengaruh oleh jumlah kandungan semen dalam campuran. Tabel berikut
memperlihatkan informasi mengenai kebutuhan air pencampur untuk berbagai nilai
slump dan ukuran maksimum agregat.
·
Tahap 4: Pemilihan
nilai perbandingan air semen
Untuk rasio air semen yang sama, kuat tekan
beton dipengaruhi oleh jenis agregat dan semen yang digunakan. Oleh karena itu,
hubungan rasio air semen dan kekuatan beton yang dihasilkan seharusnya
dikembangkan berdasarkan material yang sebenarnya yang digunakan dalam
pencampuran. Terlepas dari hal di atas, tabel berikut bisa dijadikan pegangan
dalam pemilihan nilai perbandingan air semen.
Nilai kuat tekan beton yang digunakan pada
tabel diatas adalah nilai kuat tekan beton rata-rata yang dibutuhkan, yaitu:
fm = fc’ + 1,64 Sd
dimana,
fm :
nilai kuat tekan beton rata-rata
fc :
nilai kuat tekan karakteristik (yang disyaratkan)
Sd :
standar deviasi (dapat diambil berdasarkan tabel di bawah ini)
Harga rasio air semen tersebut biasanya
dibatasi oleh harga maksimum yang diperbolehkan untuk kondisi exposure
(lingkungan) tertentu. Sebagai contoh, untuk struktur yang berada di lingkungan
laut harga rasio air semen biasanya dibatasi maksimum 0,40 – 0,45.
·
Tahap 5:
Perhitungan kandungan semen
Berat semen yang dibutuhkan adalah sama
dengan jumlah berat air pencampur (tahap 3) dibagi dengan rasio air semen
(tahap 4).
·
Tahap 6: Estimasi
kandungan agregat kasar
Rancangan campuran beton yang ekonomis bisa
didapat dengan menggunakan semaksimal mungkin volume agregat kasar atas dasar
berat isi kering (dry rodded unit weight) per satuan volume beton. Data
eksperimen menunjukkan bahwa semakin halus pasir dan semakin besar ukuran
maksimum partikel agregat kasar, semakin banyak volume agregat kasar yang dapat
dicampurkan untuk menghasilkan campuran beton dengan kelecakan yang baik.
Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa pada derajat
kelecakan tertentu (slump = 75 – 100 mm), volume agregat kasar yang dibutuhkan
per satuan volume beton adalah fungsi daripada ukuran maksimum agregat kasar
dan modulus kehalusan agregat halus.
Berdasarkan tabel 4.5, volume agregat kasar
(dalam satuan m3) per 1 m3 beton adalah sama dengan fraksi volume yang
di dapat dari tabel 4.4. Volume ini kemudian dikonversikan menjadi berat kering
agregat kasar dengan mengalikannya dengan berat isi kering dari agregat yang
dimaksud (dry rodded unit weight).
Untuk campuran dengan nilai slump selain 75 –
100 mm, volume agregat kasar dapat diperoleh dengan mengoreksi nilai yang ada
pada tabel 4.5 dengan angka koreksi yang ada pada tabel 4.6.
·
Tahap 7: Estimasi
kandungan agregat halus
Setelah menyelesaikan tahap 6, semua bahan
pembentuk beton yang dibutuhkan telah diestimasi kecuali agregat halus. Jumlah
pasir yang dibutuhkan dapat dihitung dengan dua cara, yaitu:
1. Cara perhitungan berat (weight
method)
2. Cara perhitungan volume absolut (absolut
volume method)
Volume agg. halus = 1- vol. udara – vol. air
– vol. agg. kasar – vol. semen
Massa aggregat halus = volume agregat halus
x specific gravity kondisi SSD
·
Tahap 8: Koreksi
kandungan air pada agregat
Pada umumnya, stok agregat di lapangan berada
dalam kondisi basah (kondisi lapangan) tetapi tidak dalam kondisi jenuh dan
kering permukaan (SSD).
Tanpa adanya koreksi kadar air, harga rasio
air semen yang diperoleh bisa jadi lebih besar atau bahkan lebih kecil dari
harga yang telah ditentukan berdasarkan tahap 4 dan berat SSD agregat (kondisi
jenuh dan kering permukaan) menjadi lebih kecil atau lebih besar dari harga
estimasi pada tahap 6 dan 7.
Urutan rancangan beton dari tahap 1 sampai
tahap 7 dilakukan berdasarkan kondisi agregat yang SSD. Oleh karena itu,
untuk trial mix air pencampur yang dibutuhkan dalam campuran
bisa diperbesar atau diperkecil tergantung dengan kandungan air bebas pada
agregat. Sebaliknya, untuk mengimbangi perubahan air tersebut, jumlah agregat
harus diperkecil atau diperbesar.
·
Tahap 9: Trial
Mix
Karena banyaknya asumsi yang digunakan dalam
mendapatkan proporsi campuran beton di atas, maka perlu dilakukan trial
mix skala kecil di laboratorium. Hal – hal yang perlu diuji
dalam trial mix ini:
Nilai Slump
Kelecakan (workability)
Kandungan udara
Kekuatan pada umur
– umur tertentu
·
Data Perhitungan
Perencanaan Campuran Beton
Setelah selesai
melakukan prosedur pengerjaan perencaan campuran beton diatas, diperoleh
data-data masing-masing material campuran beton berikut ini :
Komposisi asli yang digunakan di lapangan
dalam pencampuran mix design :
Penetapan
Variabel Perencanaan
|
|||||||
1
|
kategori jenis
struktur
|
k-175
|
|||||
2
|
slump rencana
|
7.5 - 10 cm
|
|||||
3
|
rencana kuat
tekan beton
|
21.3 mpa
|
|||||
4
|
modulus
kehalusan agregat halus [pasir]
|
4.48
|
|||||
5
|
ukuran maksimum
agregat kasar
|
2 cm
|
|||||
6
|
Berat Jenis
Agregat Halus [pasir]
|
2.463
|
|||||
7
|
Berat Jenis
Agregat kasar [pasir]
|
2.539
|
|||||
8
|
Berat volume/isi
agregat kasar
|
1.767
|
|||||
Perhitungan
Komposisi Unsur Beton
|
|||||||
9
|
Rencana Air
Adukan Beton : W
|
200 kg
|
|||||
10
|
Presentase Udara
Tertangkap
|
2%
|
|||||
11
|
perbandingan W/C
|
0.698
|
|||||
12
|
perbandingan W/C
Maksimum
|
0.698
|
|||||
13
|
Berat Semen Yang
Diperlukan : [9]/[11]
|
286.53 kg
|
|||||
14
|
Volume agregat
kasar perlu bagi 1m^3 beton
|
45.20%
|
|||||
15
|
Berat Agregat
Kasar [kerikil] perlu : [14]x[8]
|
798.68 kg/m^3
beton
|
|||||
16
|
volume semen :
0.001 x [13]/3.15
|
0.091 m^3
|
|||||
17
|
volume air :
0.001 x [9]
|
0.2 m^3
|
|||||
18
|
volume agregat
kasar [kerikil] : 0.001 x [15]/[6]
|
0.324 m^3
|
|||||
19
|
volume udara
[10]
|
0.02 m^3
|
|||||
20
|
Volume agregat
halus/m^3 -[(16)+(17)+(18)+(19)]m^3
|
0.362 m^3
|
|||||
komposisi berat
unsur Adukkan/m^3 Beton
|
|||||||
21
|
semen : [13]
|
286.93 kg
|
|||||
22
|
air : [9]
|
200 kg
|
|||||
23
|
Agregat Kasar
Kondisi SSD
|
798.68 kg
|
|||||
24
|
Agregat Kasar
Kondisi SSD : [20] x [7] x 1000
|
919.2 kg
|
|||||
25
|
Faktor Semen [ 1
zak = 50 kg ] : 21/50
|
5.73062 beton
|
|||||
Komposisi Jumlah
Air dan Berat Unsur untuk Perencanaan Lapangan
|
|||||||
26
|
Kadar Air Agregat
Kasar [Kerikil] : mk
|
5.21%
|
|||||
27
|
Absoprsi Agregat
Kasar [Kerikil] kondisi SSD : ak
|
5.38%
|
|||||
28
|
Kadar Air
Agregat Halus [pasir] : mh
|
4.88%
|
|||||
29
|
Absoprsi Agregat
Halus [Kerikil] kondisi SSD : ah
|
9.97%
|
|||||
30
|
Tambahan air
adukan dari agregat kasar : [23] x ([ak-mk])/([1+mk])
|
19.157 kg
|
|||||
31
|
Tambahan agregat
kasar untuk kondisi lapangan : [30]/1000x[6]x[1000]
|
2.804 kg
|
|||||
32
|
Tambahan air
adukan dari agregat halus : [24] x ([ah-mh])/([1+mh])
|
43.8 kg
|
|||||
33
|
Tambahan agregat
halus untuk kondisi lapangan : [32]/1000x[7]x[1000]
|
111.21 kg
|
|||||
Komposisi
Campuran Beton Kondisi Lapangan/[m^3]
|
|||||||
34
|
semen : [13]
|
286.53 kg
|
|||||
35
|
Air :
[22]+[30]+[32]
|
244.989 kg
|
|||||
36
|
Agregat kasar
Kondisi Lapangan : [23]+[31]
|
801.48 kg
|
|||||
37
|
Agregat Halus
Kondisi Lapangan : [24]x[33]
|
1030.33 kg
|
|||||
Komposisi Unsur
Campuran Beton/Kapasitas Mesin Mesin Molen : 0.03 m^3
|
|||||||
38
|
semen
|
10.478 kg
|
|||||
39
|
air
|
8.957 kg
|
|||||
40
|
Agregat Kasar
Kondisi Lapangan
|
29.31 kg
|
|||||
41
|
agregat Halus
Kondisi Lapangan
|
37.67 g
|
Terima kasih telah membaca
Tidak ada komentar:
Posting Komentar