Senin, 27 November 2017

[Praktikum Bahan Bangunan Laut] Pekan ke-1 Kelompok 1 – Muhammad Hilman Riza (15516016) : Uji Material Pembentuk Beton



     Kamis, 5 Oktober 2017 : Praktikum 1 BBL


i.Pemeriksaan Berat Volume Agregat
ii.Analisis Saringan Agregat Halus dan Agregat Kasar
iii.Pemeriksaan Kadar Organik dalam Agregat Halus
iv.Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
v.Pemeriksaan Kadar Air Agregat
vi.Berat Jenis dan Penyerapan Agregat
    Berikut pemaparan proses kerja tiap modul serta hasil dari praktikum masing-masing modul pada hari itu.
1.   Pemeriksaan Berat Volume Agregat
·         Tujuan :
Menghitung berat volume agregat halus, kasar, atau campuran
·         Alat dan Bahan :
Alat:
-Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh
-Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
-Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat
-Mistar perata
-Sekop
Wadah baja yang cukup berbentuk silinder dengan alat pemegang sesuai dengan tabel berikut:
Tabel 1. Spesifikasi Wadah Baja yang Digunakan dalam Praktikum
Benda Uji:
Kapasitas
Diameter
Tinggi
Tebal Wadah Minimum (mm)
Ukuran Maksimum Agregat (mm)
Dasar
Sisi
2,832
152,4 ± 2,5
152,4 ± 2,5
5,08
2,54
12,70
9,345
203,2 ± 2,5
292,1 ± 2,5
5,08
2,54
25,40
14,158
254,0 ± 2,5
279,4 ± 2,5
5,08
3,00
38,10
28,316
355,6 ± 2,5
284,4 ± 2,5
5,08
3,00
101,60
 

Bahan:
-Agregat Halus dan Kasar
·         Prosedur Percobaan :
Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah sesuai dengan tabel di atas. Keringkan dengan oven, suhu pada oven (110 ± 5)° C sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.

1. Berat isi lepas
-Timbang dan catatlah berat wadah
-Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-butir dari ketinggian 5 cm di atas wadah dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh
-Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
-Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)
-Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)
2.    Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1,5’’) dengan cara penusukan
-Timbang dan catat berat wadah (W1)
-Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan sebanyak 25 kali secara merata
-Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
-Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)
-Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)
3.    Berat isi pada agregat ukuran butir antara 38,1 mm (1,5’’) sampai 101,1 mm (4”) dengan cara penggoyangan
-Timbang dan catat berat wadah (W1)
-Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal
-Padatkan setiap lapis dengan cara menggoyang-goyangkan wadah dengan prosedur sebagai berikut:
o        Letakkan wadah di atas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah satu sisinya kira-kira setinggi 5 cm kemudian lepaskan
o        Ulangi hal ini pada sisi yang berlawanan. Padatkan lapisan sebanyak 25 kali untuk setiap sisi
-Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
-Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)
-Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)
·         Hasil Percobaan
Tabel 2. Pemeriksaan Berat Volume Agregat Halus (padat)
Berat volume agregat halus (padat)
No
Data
A
B
A.
Volume wadah
2.781 L
2.781 L
B.
Berat wadah
2.676 kg
2.676 kg
C.
Berat wadah + benda uji
6.66 kg
6.760 kg
D.
Berat benda uji (C-B)
3.984 kg
4.084 kg
E.
Berat volume D/A
1.433 kg/L
1.469 kg/L
Berat volume rata-rata kondisi padat : 1.451 kg/L

Tabel 3. Pemeriksaan Berat Volume Agregat Halus (gembur)
Berat volume agregat halus (gembur)
No
Data
A
B
A.
Volume wadah
2.781 L
2.781 L
B.
Berat wadah
2.676 kg
2.676 kg
C.
Berat wadah + benda uji
6.18 kg
6.16 kg
D.
Berat benda uji (C-B)
3.504 kg
3.434 kg
E.
Berat volume D/A
1.26 kg/L
1.253 kg/L
Berat volume rata-rata kondisi gembur : 1.2565 kg/L
Tabel 4. Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar (padat)
Berat volume agregat kasar (padat)
No
Data
A
B
A.
Volume wadah
2.781 L
2.781 L
B.
Berat wadah
2.676 kg
2.676 kg
C.
Berat wadah + benda uji
7.66 kg
7.52 kg
D.
Berat benda uji (C-B)
4.984 kg
4.844 kg
E.
Berat volume D/A
1.792 kg/L
1.742 kg/L
Berat volume rata-rata kondisi padat: 1.767 kg/L

Tabel 5. Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar (gembur)
Berat volume agregat kasar (gembur)
No
Data
A
B
A.
Volume wadah
2.781 L
2.781 L
B.
Berat wadah
2.676 kg
2.676 kg
C.
Berat wadah + benda uji
7.2 kg
7.08 kg
D.
Berat benda uji (C-B)
4.524 kg
4.404 kg
E.
Berat volume D/A
1.627 kg/L
1.584 kg/L
Berat volume rata-rata kondisi gembur : 1.606 kg/L
·         Analisis
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, terlihat bahwa berat volume agregat dalam kondisi padat lebih besar nilainya dibandingkan dengan kondisi gembur untuk kedua jenis agregat (kasar dan halus). Hal ini tentu membuktikan bahwa dengan perlakukan yang berbeda yaitu kondisi padat yang dipadatkan dengan cara mengurangi jumlah rongga yang berisi udara terbukti meningkatkan berat volume dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan perlakuan tersebut.




2.  Analisis Saringan Agregat Halus dan Agregat Kasar
·         Tujuan :
Menentukan distribusi ukuran partikel dari agregat halus dan agregat kasar dengan uji saringan
·         Alat dan Bahan :
Alat:
-Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji
-Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110±5)°C
-Alat pemisah contoh (sampel spliter)
-Mesin penggetar saringan
-Talam – talam
-Kuas, sikat kawat, sendok, dan alat-alat lainnya
Benda Uji:
v  Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara perempatan. Berat dari contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan pada tabel perangkat saringan.
·         Prosedur percobaan :
1.     Keringkan agregat sampel tes dengan berat yang telah ditentukan oada temperatur (110±5)°C, kemudian dinginkan pada temperature ruangan
2.    Timbang kembali berat sampel agregat yang digunakan
3.    Persiapkan saringan yang akan digunakan
4.    Setelah saringan disusun, letakkan sampel agregat diatas saringan
5.    Goyangkan saringan dengan tangan/mesin
6.    Hitung berat agregat pada masing-masing nomer saringan
7.    Total berat agregat setelah dilakukan saringan dibandingkan dengan berat semula. Jika perbedaannya lebih dari 0,3% dari berat semula sampel agrerat yang digunakan, hasilnya tidak dapat digunakan.
·         Hasil Percobaan:
Tabel 6. Analisis Saringan Agregat Halus
Agregat Halus
Berat awal = 500 gram
Ukuran
Saringan (mm)
beban
tertahan
(gram)
Presentase
Tertahan
Presentase Tertahan Kumulatif
Persentase Lolos Kumulatif
SPEC ASTM C33-90
9,50
0
0
0
100
100
4,75
0
0
0
100
95-100
2,36
66
13.28
13.28
86.72
80-100
1,18
97
19.51
32.79
67.21
50-85
0,60
99
19.92
52.71
47.29
25-60
0,30
79
15.9
68.61
31.39
10-30
0,15
96
19.31
87.92
12.08
2-10
0,075
43
8.66
96.58
3.42

PAN
17
3.42
100
0

TOTAL
497
100
451.89
448.11

Modulus Kehalusan = 4,48
Tabel 7. Analisis Saringan Agregat Kasar
Ukuran saringan
(mm)
Berat tertahan (gram)
Persentase tertahan
Persentase tertahan kumulatif
Persentase lolos kumulatif
SPEC ASTM C33-90
25
0
0
0
100
100
19
515
20.63
20.63
79.37
90-100
9.5
1725
69.11
89.74
10.26
20-55
4.75
250
10.02
99.76
0.24
0-10
2.38
6
0.24
100
0
0-5
Modulus kehalusan        =     18.9

·         Analisis :
Modulus Kehalusan = 4,48
Modulus kehalusan       =     18.9
Agregat halus yang baik memiliki modulus kehalusan di antara 1,5-3,8 sedangkan dari hasil percobaan, agregat halus memiliki modulus kehalusan sebesar 4,48. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahan ini kurang layak untuk digunakan sebagai bahan material beton. Hasil percobaan menghasilkan data modulus kehalusan untuk bahan agregat kasar adalah 18.9 sedangkan agregat kasar yang baik memiliki modulus kehalusan di antara 6,5-7,5. Kesimpulannya, bahan bahan yang dipakai saat praktikum ini kurang baik untuk digunakan dalam pembuatan beton



3.   Pemeriksaan Kadar Organik dalam Agregat Halus
·         Tujuan :
Mengetahui kadar organik yang terkandung dalam agregat halus
·         Alat dan Bahan :
Alat:
v  Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan penutup lainnya yang tidak bereaksi terhadap NaOH. Volume gelas = 350 ml
v  Standar warna (organic plate)
v  Larutan NaOH (350)
Benda Uji:
v  Contoh pasir dengan volume 115 ml (1/3 volume botol)
·         Prosedur Percobaan:
1.     Masukkan 115 ml pasir ke dalam botol tembus pandang (kurang lebih 1/3 isi botol)
2.    Tambahkan larutan NaOH 3%. Setelah di kocok, isinya harus mencapai kira-kira ¾ volume botol
3.    Tutup botol gelas tersebut dan kocok hingga lumpur yang menempel pada agregat nampak terpisah dan biarkan selama 24 jam agar lumpur tersebut mengendap
4.    Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan yang terlihat dengan standar warna No. 3 pada organik plate (bandingkan apakah lebih tua atau lebih muda).
·         Hasil Percobaan :
     

             
  Gambar Hasil Percobaan Kadar
·         Analisis :
Berdasarkan hasil dari percobaan, warna cairan dari hasil percobaan saat dibandingkan dengan standar warna organic plate menunjukkan persamaan warna dengan No.3. Hal ini menunjukan bahwa kadar organik dari agregat halus yang diuji sudah cukup baik untuk mix design beton karena sesuai dengan syarat dimana kadar organik harus lebih kecil atau sama dengan No.3 . Apabila warna cairan lebih tua atau lebih besar dari No.3 pada organic plate maka semen akan sulit untuk tercampur.
4.   Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
·         Tujuan :
Menentukan besarnya (persentase) kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai campuran beton.
·         Alat dan Bahan :
Alat:
-Gelas ukur
-Pengaduk
Benda Uji:
-Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut biasa
·         Prosedur Percobaan:
1.     Contoh benda uji dimasukkan ke dalam gelas ukur
2.    Tambahkan air pada gelas ukur guna melarutkan lumpur
3.    Gelas dikocok untuk mencuci agregat halus dari lumpur
4.    Simpan gelas pada tempat yang datar dan biarkan lumpur mengendap setelah 24 jam
5.    Ukur tinggi pasir (V1) dan tinggi lumpur (V2)
·         Hasil Percobaan :
·         Tinggi total              : 156 mm
·         Tinggi lumpur(V2)   : 16  mm
·         Tingg pasir (V1)      : 140 mm
·         Kadar Lumpur         : (V2/V1+V2) *100% = (16/156)*100%= 10.256%
·         Analisis :
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar lumpur dari agregat halus tersebut sebesar 9,09%. Sedangkan, persentase kadar lumpur maksimum yang diterima adalah 5%. Maka, bahan agregat halus ini kurang baik untuk digunakan dalam mix design.

5.  Pemeriksaan Kadar Air Agregat
·         Tujuan :
Menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan
·         Alat dan Bahan:
Alat:
-Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
-Oven yang suhunya dapat diatur sampai (110 ± 5)° C.
-Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan benda uji.
Benda Uji:
-Berat minimum contoh agregat dengan diameter maksimum 5 mm adalah 0,5 kg.
·         Prosedur Percobaan:
1.     Timbang dan catat berat talam (W1)
2.    Masukkan benda uji ke dalam talam, dan kemudian berat talam + benda uji ditimbang. Catat beratnya (W2)
3.    Hitung berat benda uji W3 = W2 – W1
4.    Keringkan contoh benda uji bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5)° C hingga beratnya tetap
5.    Setelah kering, contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4)
6.    Hitunglah berat benda uji kering: W5 = W4 – W1
·         Hasil Percobaan:
Tabel 8. Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
kadar air agregat halus 

Data
A
B
A.
Berat wadah
146  gr
160 gr
B.
Berat wadah + Benda Uji
2146 gr
2160 gr
C.
Berat benda uji (B-A)
2000 gr
2000 gr
D.
Berat benda uji (kering)
1928 gr
1880 gr
E.
Kadar air = C-D/D*100%
3.73 %
6.38 %
rata-rata kadar air = 4.875%

Tabel 9. Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar
Kadar air agregat kasar 

Data
A
B
A.
Berat wadah
146  gr
160 gr
B.
Berat wadah + Benda Uji
2146 gr
2160 gr
C.
Berat benda uji (B-A)
2000 gr
2000 gr
D.
Berat benda uji (kering)
1912 gr
1890 gr
E.
Kadar air = C-D/D*100%
4.603 %
5.820 %
rata-rata kadar air = 5.212%

·         Analisis:
Hasil percobaan menunjukan bahwa untuk kedua agregat pada kondisi kering ketika agregat telah dipanaskan dalam oven menghasilkan berat yang lebih ringan. Hal ini mengindikasikan bahwa tanpa dipanaskan dalam oven, masih terkandung air di dalam agregat sehingga selisih dari berat tersebut adalah berat air itu sendiri. Pada percobaan A, nampak bahwa berat Agregat halus lebih berat daripada agregat kasar pada kondisi kering. Hal ini dapat juga dikaitkan dengan banyaknya rongga udara pada agregat kasar yang menyebabkan uap air pada saat pengeringan lebih mudah untuk keluar melalui rongga-rongga udara tersebut.



6. Analisis Specific Gravity dan Penyerapan Agregat Halus
·         Tujuan  :
Menentukan specific gravity dan penyerapan agregat halus
·         Alat dan Bahan :
Alat:
-Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram atau kurang yang mempunyai kapasitas minimum sebesar 1000 gram atau lebih
--Piknometer dengan kapasitas 500 gram
-Cetakan kerucut pasir
-Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir
Benda Uji:
-Berat contoh agregat halus sebanyak 1000 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau perempatan
·         Prosedur Percobaan:
1.     Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi contoh tercurah dengan baik
2.    Sebagian dari contoh dimasukan ke dalam metal sand cone mold. Benda uji dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper). Jumlah tumbukan adalah sebanyak 25 kali. Kondisi SSD diperoleh, jika cetakan diangkat, butir-butir pasir longsor/runtuh
3.    Contoh agregat halus sebesar 500 gram dimasukan ke dalam piknometer. Kemudian, piknometer diisi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung – gelembung udara dengan menggoyang-goyangkan piknometer, redamlah piknometer dengan suhu air (73 ± 3) °F selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air.
4.    Pisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu (213±130) °F. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam (1 hari).
5.    Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada temperatur (73,4 ± 3) °F dengan ketelitian 0,1 gram.
·         Hasil Percobaan:
Apparent Specific-Gravity                             = E / (E + D - C)
Bulk Specific-Gravity Kondisi Kering             = E / (B + D - C)
Bulk Specific-Gravity Kondisi SSD                = B / (B + D - C)
Persentase Absorpsi                                     = ( B – E ) / E x 100%
Keterangan:
A = Berat piknometer
B = Berat contoh kondisi SSD
C = Berat piknometer + contoh + air
D = Berat piknometer + air
E = Berat contoh kering

Tabel 10. Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus

Data
A
B
Rata-Rata
A
berat piknometer
170 gr
170 gr
-
B.
berat contoh kondisi ssd
500 gr
500 gr
-
C.
berat piknometer + air + contoh
967 gr
965 gr
-
D.
berat piknometer + air
670 gr
668 gr
-
E.
berat contoh kering
419 gr
497 gr
-
apparent S.G. = E/(E+D-C)
bulk S.G. kondisi kering = E/(B+D-C)
bulk S.G. kondisi SSD = B/(B+D-C)
presentase abpsorpsi = (B-E)/E x 100%
3.43
2.485
2.9757
2.06
2.448
2.254
2.463
2.463
2.463
19.33%
0.6%
9.965%

·         Analisis :
Dari hasil percobaan untuk agregat halus, didapatkan nilai Apparent specific gravity sebesar 2,83%, Bulk Specific Gravity (kering) 2,0846%, Bulk Specific Gravity (SSD) 2,3431 %, Persentase Absorpsi Air 12,4767 %. Data-data tersebut digunakan untuk koreksi saat penentuan koreksi dalam mix design


7.   Analisis Specific Gravity dan Penyerapan Agregat Kasar
·         Tujuan :
Menentukan specific gravity dan penyerapan agregat kasar
·         Alat dan Bahan :
Alat:
-Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram yang mempunyai kapasitas 5 kg
-Keranjang besi diameter 203,2 mm (8”) dan tinggi 63,5 mm (2,5”)
-Alat penggantung keranjang
-Handuk atau kain pel
Benda Uji:
-Berat contoh agregat disiapkan sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka (SSD = Surface Saturated Dry). Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau cara perempatan. Butiran agregat lulus saringan No. 4 tidak dapat digunakan sebagai benda uji.

·         Prosedur Percobaan:
1.     Benda uji direndam selama 24 jam
2.    Benda uji dikeringkan permukaannya (kondisi SSD) dengan menggunakan handuk pada butiran
3.    Timbang contoh. Hitung berat kondisi SSD = A
4.    Contoh benda uji dimasukan ke keranjang dan direndam kembali di dalam air. Temperatur air dijaga (73,4 ± 3) °F, dan kemudian ditimbang, setelah di keranjang digoyang-goyangkan di dalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap. Hitung berat contoh kondisi jenuh =B
5.    Contoh dikeringkan pada temperatur (212 – 130) °F. Setelah didinginkan kemudian ditimbang. Hitung berat contoh kondisi kering = C
·         Hasil Percobaan :
Apparent Specific-Gravity                             = E / (E + D - C)
Bulk Specific-Gravity Kondisi Kering             = E / (B + D - C)
Bulk Specific-Gravity Kondisi SSD                = B / (B + D - C)
Persentase Absorpsi                                     = ( B – E ) / E x 100%
Keterangan:
A = Berat piknometer
B = Berat contoh kondisi SSD
C = Berat piknometer + contoh + air
D = Berat piknometer + air
E = Berat contoh kering
Tabel 11. Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

Data
A
B
Rata-rata
A
berat contoh ssd
3100 gr
2500 gr
-
B
berat contoh dalam air
1872.5 gr
1515 gr
-
C
berat contoh kering udara
2952 gr
2365 gr
-
apparent S.G. = C/(C - B)
bulk S.G. kondisi kering  = C/(A-B)
bulk S.G. kondisi SSD = A/(A-B)
presentase abpsorpsi = (A-C)/C x 100%
2.735
2.782
2.759
2.405
2.401
2.403
2.525
2.538
2.532
5.014%
5.708%
5.361%

·         Analisis :
     Setelah melakukan percobaan-percobaan di atas, telah didapatkan beberapa hasil seperti data paa tabel diatas dengan nilai apparent specific gravity, bulk specific gravity kering, bulk specific gravity pada saat SSD, dan presentase absorpsi air agregat kasar rata-rata secara berturut ialah  2.759 - 2.403 - 2.532 - 5.361%.

Terima kasih telah membaca



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[Praktikum Bahan Bangunan Laut] Pekan ke-6 Kelompok 1 – Muhammad Hilman Riza (15516016) : Uji Tarik Baja

Kamis, 9 November 2017 : Praktikum 6 BBL UJI TARIK BAJA Tujuan: ·         Menentukan hubungan tegangan dan regangan ·      ...