Kamis, 5 Oktober 2017 : Praktikum 1 BBL
i.Pemeriksaan Berat
Volume Agregat
ii.Analisis Saringan
Agregat Halus dan Agregat Kasar
iii.Pemeriksaan Kadar
Organik dalam Agregat Halus
iv.Pemeriksaan Kadar
Lumpur dalam Agregat Halus
v.Pemeriksaan Kadar
Air Agregat
vi.Berat Jenis dan
Penyerapan Agregat
Berikut pemaparan proses
kerja tiap modul serta hasil dari praktikum masing-masing modul pada hari itu.
1.
Pemeriksaan Berat
Volume Agregat
·
Tujuan :
Menghitung berat volume agregat halus, kasar,
atau campuran
·
Alat dan Bahan :
Alat:
-Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat
contoh
-Talam kapasitas cukup besar untuk
mengeringkan contoh agregat
-Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60
cm yang ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat
-Mistar perata
-Sekop
Wadah baja yang
cukup berbentuk silinder dengan alat pemegang sesuai dengan tabel berikut:
Tabel 1. Spesifikasi
Wadah Baja yang Digunakan dalam Praktikum
Benda Uji:
Benda Uji:
Kapasitas
|
Diameter
|
Tinggi
|
Tebal
Wadah Minimum (mm)
|
Ukuran
Maksimum Agregat (mm)
|
|
Dasar
|
Sisi
|
||||
2,832
|
152,4
± 2,5
|
152,4
± 2,5
|
5,08
|
2,54
|
12,70
|
9,345
|
203,2
± 2,5
|
292,1
± 2,5
|
5,08
|
2,54
|
25,40
|
14,158
|
254,0
± 2,5
|
279,4
± 2,5
|
5,08
|
3,00
|
38,10
|
28,316
|
355,6
± 2,5
|
284,4
± 2,5
|
5,08
|
3,00
|
101,60
|
Bahan:
-Agregat Halus dan
Kasar
·
Prosedur Percobaan
:
Masukkan agregat ke dalam talam
sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah sesuai dengan tabel di atas.
Keringkan dengan oven, suhu pada oven (110 ± 5)° C sampai berat menjadi tetap
untuk digunakan sebagai benda uji.
1. Berat isi lepas
-Timbang dan catatlah berat wadah
-Masukkan benda uji dengan hati-hati agar
tidak terjadi pemisahan butir-butir dari ketinggian 5 cm di atas wadah dengan
menggunakan sendok atau sekop sampai penuh
-Ratakan permukaan benda uji dengan
menggunakan mistar perata
-Timbang dan catatlah berat wadah beserta
benda uji (W2)
-Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)
2. Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38,1
mm (1,5’’) dengan cara penusukan
-Timbang dan catat berat wadah (W1)
-Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga
lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang
ditusukkan sebanyak 25 kali secara merata
-Ratakan permukaan benda uji dengan
menggunakan mistar perata
-Timbang dan catatlah berat wadah beserta
benda uji (W2)
-Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)
3. Berat isi pada agregat ukuran butir antara
38,1 mm (1,5’’) sampai 101,1 mm (4”) dengan cara penggoyangan
-Timbang dan catat berat wadah (W1)
-Isilah wadah dengan benda uji dalam
tiga lapis yang sama tebal
-Padatkan setiap lapis dengan cara
menggoyang-goyangkan wadah dengan prosedur sebagai berikut:
o
Letakkan wadah di
atas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah satu sisinya kira-kira
setinggi 5 cm kemudian lepaskan
o
Ulangi hal ini
pada sisi yang berlawanan. Padatkan lapisan sebanyak 25 kali untuk setiap sisi
-Ratakan permukaan
benda uji dengan menggunakan mistar perata
-Timbang dan
catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)
-Hitunglah berat
benda uji (W3 = W2 – W1)
·
Hasil Percobaan
Tabel 2. Pemeriksaan Berat Volume Agregat Halus (padat)
Berat volume agregat halus (padat)
No
|
Data
|
A
|
B
|
A.
|
Volume wadah
|
2.781 L
|
2.781 L
|
B.
|
Berat wadah
|
2.676 kg
|
2.676 kg
|
C.
|
Berat wadah +
benda uji
|
6.66 kg
|
6.760 kg
|
D.
|
Berat benda uji
(C-B)
|
3.984 kg
|
4.084 kg
|
E.
|
Berat volume D/A
|
1.433 kg/L
|
1.469 kg/L
|
Berat volume rata-rata kondisi padat : 1.451
kg/L
Tabel 3. Pemeriksaan Berat Volume Agregat Halus (gembur)
Tabel 3. Pemeriksaan Berat Volume Agregat Halus (gembur)
Berat volume agregat halus (gembur)
No
|
Data
|
A
|
B
|
A.
|
Volume wadah
|
2.781 L
|
2.781 L
|
B.
|
Berat wadah
|
2.676 kg
|
2.676 kg
|
C.
|
Berat wadah +
benda uji
|
6.18 kg
|
6.16 kg
|
D.
|
Berat benda uji
(C-B)
|
3.504 kg
|
3.434 kg
|
E.
|
Berat volume D/A
|
1.26 kg/L
|
1.253 kg/L
|
Berat volume rata-rata kondisi gembur :
1.2565 kg/L
Tabel 4. Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar (padat)
Berat volume agregat kasar (padat)
No
|
Data
|
A
|
B
|
A.
|
Volume wadah
|
2.781 L
|
2.781 L
|
B.
|
Berat wadah
|
2.676 kg
|
2.676 kg
|
C.
|
Berat wadah +
benda uji
|
7.66 kg
|
7.52 kg
|
D.
|
Berat benda uji
(C-B)
|
4.984 kg
|
4.844 kg
|
E.
|
Berat volume D/A
|
1.792 kg/L
|
1.742 kg/L
|
Berat volume rata-rata kondisi padat: 1.767
kg/L
Tabel 5. Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar (gembur)
Tabel 5. Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar (gembur)
Berat volume agregat kasar (gembur)
No
|
Data
|
A
|
B
|
A.
|
Volume wadah
|
2.781 L
|
2.781 L
|
B.
|
Berat wadah
|
2.676 kg
|
2.676 kg
|
C.
|
Berat wadah +
benda uji
|
7.2 kg
|
7.08 kg
|
D.
|
Berat benda uji
(C-B)
|
4.524 kg
|
4.404 kg
|
E.
|
Berat volume D/A
|
1.627 kg/L
|
1.584 kg/L
|
Berat volume rata-rata kondisi gembur : 1.606
kg/L
·
Analisis
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan,
terlihat bahwa berat volume agregat dalam kondisi padat lebih besar nilainya
dibandingkan dengan kondisi gembur untuk kedua jenis agregat (kasar dan halus).
Hal ini tentu membuktikan bahwa dengan perlakukan yang berbeda yaitu kondisi
padat yang dipadatkan dengan cara mengurangi jumlah rongga yang berisi udara
terbukti meningkatkan berat volume dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan
perlakuan tersebut.
2. Analisis Saringan Agregat Halus dan Agregat
Kasar
·
Tujuan :
Menentukan
distribusi ukuran partikel dari agregat halus dan agregat kasar dengan uji
saringan
·
Alat dan Bahan :
Alat:
-Timbangan dan neraca
dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji
-Oven yang dilengkapi
pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110±5)°C
-Alat pemisah contoh
(sampel spliter)
-Mesin penggetar saringan
-Talam – talam
-Kuas, sikat kawat,
sendok, dan alat-alat lainnya
Benda Uji:
v Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh
atau dengan cara perempatan. Berat dari contoh disesuaikan dengan ukuran
maksimum diameter agregat kasar yang digunakan pada tabel perangkat saringan.
·
Prosedur percobaan
:
1.
Keringkan agregat
sampel tes dengan berat yang telah ditentukan oada temperatur (110±5)°C,
kemudian dinginkan pada temperature ruangan
2.
Timbang kembali
berat sampel agregat yang digunakan
3.
Persiapkan
saringan yang akan digunakan
4.
Setelah saringan
disusun, letakkan sampel agregat diatas saringan
5.
Goyangkan saringan
dengan tangan/mesin
6.
Hitung berat
agregat pada masing-masing nomer saringan
7.
Total berat
agregat setelah dilakukan saringan dibandingkan dengan berat semula. Jika
perbedaannya lebih dari 0,3% dari berat semula sampel agrerat yang digunakan, hasilnya
tidak dapat digunakan.
·
Hasil Percobaan:
Tabel 6. Analisis Saringan Agregat Halus
Agregat Halus
Berat awal = 500 gram
Ukuran
Saringan (mm)
|
beban
tertahan
(gram)
|
Presentase
Tertahan
|
Presentase Tertahan Kumulatif
|
Persentase Lolos Kumulatif
|
SPEC ASTM C33-90
|
9,50
|
0
|
0
|
0
|
100
|
100
|
4,75
|
0
|
0
|
0
|
100
|
95-100
|
2,36
|
66
|
13.28
|
13.28
|
86.72
|
80-100
|
1,18
|
97
|
19.51
|
32.79
|
67.21
|
50-85
|
0,60
|
99
|
19.92
|
52.71
|
47.29
|
25-60
|
0,30
|
79
|
15.9
|
68.61
|
31.39
|
10-30
|
0,15
|
96
|
19.31
|
87.92
|
12.08
|
2-10
|
0,075
|
43
|
8.66
|
96.58
|
3.42
|
|
PAN
|
17
|
3.42
|
100
|
0
|
|
TOTAL
|
497
|
100
|
451.89
|
448.11
|
|
Modulus
Kehalusan = 4,48
|
Tabel 7. Analisis Saringan Agregat Kasar
Ukuran saringan
(mm)
|
Berat tertahan
(gram)
|
Persentase
tertahan
|
Persentase
tertahan kumulatif
|
Persentase lolos
kumulatif
|
SPEC ASTM C33-90
|
25
|
0
|
0
|
0
|
100
|
100
|
19
|
515
|
20.63
|
20.63
|
79.37
|
90-100
|
9.5
|
1725
|
69.11
|
89.74
|
10.26
|
20-55
|
4.75
|
250
|
10.02
|
99.76
|
0.24
|
0-10
|
2.38
|
6
|
0.24
|
100
|
0
|
0-5
|
Modulus
kehalusan =
18.9
|
·
Analisis :
Modulus
Kehalusan = 4,48
Modulus
kehalusan =
18.9
Agregat halus yang baik memiliki modulus kehalusan di
antara 1,5-3,8 sedangkan dari hasil percobaan, agregat halus memiliki modulus
kehalusan sebesar 4,48. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahan ini
kurang layak untuk digunakan sebagai bahan material beton. Hasil percobaan
menghasilkan data modulus kehalusan untuk bahan agregat kasar adalah 18.9
sedangkan agregat kasar yang baik memiliki modulus kehalusan di antara 6,5-7,5.
Kesimpulannya, bahan bahan yang dipakai saat praktikum ini kurang baik untuk
digunakan dalam pembuatan beton
3.
Pemeriksaan Kadar
Organik dalam Agregat Halus
·
Tujuan :
Mengetahui kadar
organik yang terkandung dalam agregat halus
·
Alat dan Bahan :
Alat:
v Botol gelas tembus pandang dengan penutup
karet atau gabus atau bahan penutup lainnya yang tidak bereaksi terhadap NaOH.
Volume gelas = 350 ml
v Standar warna (organic plate)
v Larutan NaOH (350)
Benda Uji:
v Contoh pasir dengan volume 115 ml (1/3 volume
botol)
·
Prosedur Percobaan:
1.
Masukkan 115 ml
pasir ke dalam botol tembus pandang (kurang lebih 1/3 isi botol)
2.
Tambahkan larutan
NaOH 3%. Setelah di kocok, isinya harus mencapai kira-kira ¾ volume botol
3.
Tutup botol gelas
tersebut dan kocok hingga lumpur yang menempel pada agregat nampak terpisah dan
biarkan selama 24 jam agar lumpur tersebut mengendap
4.
Setelah 24 jam,
bandingkan warna cairan yang terlihat dengan standar warna No. 3 pada organik
plate (bandingkan apakah lebih tua atau lebih muda).
·
Hasil Percobaan :
Gambar Hasil Percobaan Kadar
·
Analisis :
Berdasarkan hasil
dari percobaan, warna cairan dari hasil percobaan saat dibandingkan dengan
standar warna organic plate menunjukkan persamaan warna dengan No.3. Hal ini
menunjukan bahwa kadar organik dari agregat halus yang diuji sudah cukup baik
untuk mix design beton karena sesuai dengan syarat dimana
kadar organik harus lebih kecil atau sama dengan No.3 . Apabila warna cairan
lebih tua atau lebih besar dari No.3 pada organic plate maka
semen akan sulit untuk tercampur.
4.
Pemeriksaan Kadar
Lumpur dalam Agregat Halus
·
Tujuan :
Menentukan
besarnya (persentase) kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai
campuran beton.
·
Alat dan Bahan :
Alat:
-Gelas ukur
-Pengaduk
Benda Uji:
-Contoh pasir secukupnya dalam kondisi
lapangan dengan bahan pelarut biasa
·
Prosedur Percobaan:
1.
Contoh benda uji
dimasukkan ke dalam gelas ukur
2.
Tambahkan air pada
gelas ukur guna melarutkan lumpur
3.
Gelas dikocok
untuk mencuci agregat halus dari lumpur
4.
Simpan gelas pada
tempat yang datar dan biarkan lumpur mengendap setelah 24 jam
5.
Ukur tinggi pasir
(V1) dan tinggi
lumpur (V2)
·
Hasil Percobaan :
·
Tinggi total : 156 mm
·
Tinggi lumpur(V2) : 16
mm
·
Tingg pasir (V1) : 140 mm
·
Kadar Lumpur : (V2/V1+V2) *100% =
(16/156)*100%= 10.256%
·
Analisis :
Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa kadar lumpur dari agregat halus tersebut sebesar
9,09%. Sedangkan, persentase kadar lumpur maksimum yang diterima adalah 5%.
Maka, bahan agregat halus ini kurang baik untuk digunakan dalam mix design.
5. Pemeriksaan Kadar Air Agregat
·
Tujuan :
Menentukan
besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan
·
Alat dan Bahan:
Alat:
-Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari
berat contoh.
-Oven yang suhunya dapat diatur sampai
(110 ± 5)° C.
-Talam logam tahan karat berkapasitas
cukup besar bagi tempat pengeringan benda uji.
Benda Uji:
-Berat minimum contoh agregat dengan
diameter maksimum 5 mm adalah 0,5 kg.
·
Prosedur
Percobaan:
1.
Timbang dan catat
berat talam (W1)
2.
Masukkan benda uji
ke dalam talam, dan kemudian berat talam + benda uji ditimbang. Catat beratnya
(W2)
3.
Hitung berat benda
uji W3 = W2 – W1
4.
Keringkan contoh
benda uji bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5)° C hingga beratnya tetap
5.
Setelah kering,
contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4)
6.
Hitunglah berat
benda uji kering: W5 = W4 – W1
·
Hasil Percobaan:
Tabel 8. Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
kadar air agregat halus
Data
|
A
|
B
|
|
A.
|
Berat wadah
|
146 gr
|
160 gr
|
B.
|
Berat wadah + Benda Uji
|
2146 gr
|
2160 gr
|
C.
|
Berat benda uji (B-A)
|
2000 gr
|
2000 gr
|
D.
|
Berat benda uji (kering)
|
1928 gr
|
1880 gr
|
E.
|
Kadar air = C-D/D*100%
|
3.73 %
|
6.38 %
|
rata-rata kadar air = 4.875%
Tabel 9. Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar
Kadar air agregat kasar
Data
|
A
|
B
|
|
A.
|
Berat wadah
|
146 gr
|
160 gr
|
B.
|
Berat wadah + Benda Uji
|
2146 gr
|
2160 gr
|
C.
|
Berat benda uji (B-A)
|
2000 gr
|
2000 gr
|
D.
|
Berat benda uji (kering)
|
1912 gr
|
1890 gr
|
E.
|
Kadar air = C-D/D*100%
|
4.603 %
|
5.820 %
|
rata-rata kadar air = 5.212%
·
Analisis:
Hasil percobaan
menunjukan bahwa untuk kedua agregat pada kondisi kering ketika agregat telah
dipanaskan dalam oven menghasilkan berat yang lebih ringan. Hal ini
mengindikasikan bahwa tanpa dipanaskan dalam oven, masih terkandung air di
dalam agregat sehingga selisih dari berat tersebut adalah berat air itu
sendiri. Pada percobaan A, nampak bahwa berat Agregat halus lebih berat
daripada agregat kasar pada kondisi kering. Hal ini dapat juga dikaitkan dengan
banyaknya rongga udara pada agregat kasar yang menyebabkan uap air pada saat
pengeringan lebih mudah untuk keluar melalui rongga-rongga udara tersebut.
6. Analisis Specific Gravity dan Penyerapan
Agregat Halus
·
Tujuan :
Menentukan specific gravity dan penyerapan
agregat halus
·
Alat dan Bahan :
Alat:
-Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
atau kurang yang mempunyai kapasitas minimum sebesar 1000 gram atau lebih
--Piknometer dengan kapasitas 500 gram
-Cetakan kerucut pasir
-Tongkat pemadat dari logam untuk
cetakan kerucut pasir
Benda Uji:
-Berat contoh agregat halus sebanyak
1000 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau
perempatan
·
Prosedur
Percobaan:
1.
Agregat halus yang
jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi contoh
tercurah dengan baik
2.
Sebagian dari
contoh dimasukan ke dalam metal sand cone mold. Benda uji dipadatkan dengan
tongkat pemadat (tamper). Jumlah tumbukan adalah sebanyak 25 kali. Kondisi SSD
diperoleh, jika cetakan diangkat, butir-butir pasir longsor/runtuh
3.
Contoh agregat
halus sebesar 500 gram dimasukan ke dalam piknometer. Kemudian, piknometer
diisi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung – gelembung udara dengan
menggoyang-goyangkan piknometer, redamlah piknometer dengan suhu air (73 ± 3)
°F selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air.
4.
Pisahkan benda uji
dari piknometer dan keringkan pada suhu (213±130) °F. Langkah ini harus
diselesaikan dalam waktu 24 jam (1 hari).
5.
Timbanglah berat
piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada temperatur
(73,4 ± 3) °F dengan ketelitian 0,1 gram.
·
Hasil Percobaan:
Apparent Specific-Gravity =
E / (E + D - C)
Bulk Specific-Gravity Kondisi
Kering
= E / (B + D - C)
Bulk Specific-Gravity Kondisi
SSD
= B / (B + D - C)
Persentase Absorpsi
= ( B – E ) / E x 100%
Keterangan:
A = Berat piknometer
B = Berat contoh kondisi SSD
C = Berat piknometer + contoh + air
D = Berat piknometer +
air
E = Berat contoh kering
Tabel 10. Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan
Agregat Halus
Data
|
A
|
B
|
Rata-Rata
|
|
A
|
berat piknometer
|
170 gr
|
170 gr
|
-
|
B.
|
berat contoh kondisi ssd
|
500 gr
|
500 gr
|
-
|
C.
|
berat piknometer + air + contoh
|
967 gr
|
965 gr
|
-
|
D.
|
berat piknometer + air
|
670 gr
|
668 gr
|
-
|
E.
|
berat contoh kering
|
419 gr
|
497 gr
|
-
|
apparent
S.G. = E/(E+D-C)
bulk S.G. kondisi kering = E/(B+D-C)
bulk S.G. kondisi SSD = B/(B+D-C)
presentase
abpsorpsi = (B-E)/E x 100%
|
3.43
|
2.485
|
2.9757
|
|
2.06
|
2.448
|
2.254
|
||
2.463
|
2.463
|
2.463
|
||
19.33%
|
0.6%
|
9.965%
|
·
Analisis :
Dari hasil
percobaan untuk agregat halus, didapatkan nilai Apparent specific gravity
sebesar 2,83%, Bulk Specific Gravity (kering) 2,0846%, Bulk Specific
Gravity (SSD) 2,3431 %, Persentase Absorpsi Air 12,4767 %. Data-data tersebut
digunakan untuk koreksi saat penentuan koreksi dalam mix design
7.
Analisis Specific
Gravity dan Penyerapan Agregat Kasar
·
Tujuan :
Menentukan
specific gravity dan penyerapan agregat kasar
·
Alat dan Bahan :
Alat:
-Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram
yang mempunyai kapasitas 5 kg
-Keranjang besi diameter 203,2 mm (8”)
dan tinggi 63,5 mm (2,5”)
-Alat penggantung keranjang
-Handuk atau kain pel
Benda Uji:
-Berat contoh agregat disiapkan
sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka (SSD = Surface Saturated Dry).
Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau cara
perempatan. Butiran agregat lulus saringan No. 4 tidak dapat digunakan sebagai
benda uji.
·
Prosedur Percobaan:
1.
Benda uji direndam
selama 24 jam
2.
Benda uji
dikeringkan permukaannya (kondisi SSD) dengan menggunakan handuk pada butiran
3.
Timbang contoh. Hitung
berat kondisi SSD = A
4.
Contoh benda uji
dimasukan ke keranjang dan direndam kembali di dalam air. Temperatur air dijaga
(73,4 ± 3) °F, dan kemudian ditimbang, setelah di keranjang digoyang-goyangkan
di dalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap. Hitung berat contoh
kondisi jenuh =B
5.
Contoh dikeringkan
pada temperatur (212 – 130) °F. Setelah didinginkan kemudian ditimbang. Hitung
berat contoh kondisi kering = C
·
Hasil Percobaan :
Apparent Specific-Gravity =
E / (E + D - C)
Bulk Specific-Gravity Kondisi
Kering
= E / (B + D - C)
Bulk Specific-Gravity Kondisi
SSD
= B / (B + D - C)
Persentase Absorpsi
= ( B – E ) / E x 100%
Keterangan:
A = Berat piknometer
B = Berat contoh kondisi SSD
C = Berat piknometer + contoh + air
D = Berat piknometer +
air
E = Berat contoh kering
Tabel 11. Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan
Agregat Kasar
Data
|
A
|
B
|
Rata-rata
|
|
A
|
berat contoh ssd
|
3100 gr
|
2500 gr
|
-
|
B
|
berat contoh dalam air
|
1872.5 gr
|
1515 gr
|
-
|
C
|
berat contoh kering udara
|
2952 gr
|
2365 gr
|
-
|
apparent S.G. = C/(C - B)
bulk S.G. kondisi kering = C/(A-B)
bulk S.G. kondisi SSD = A/(A-B)
presentase
abpsorpsi = (A-C)/C x 100%
|
2.735
|
2.782
|
2.759
|
|
2.405
|
2.401
|
2.403
|
||
2.525
|
2.538
|
2.532
|
||
5.014%
|
5.708%
|
5.361%
|
·
Analisis :
Setelah melakukan percobaan-percobaan di atas, telah didapatkan beberapa hasil seperti data paa tabel diatas dengan nilai apparent specific
gravity, bulk specific gravity kering, bulk specific gravity pada saat SSD, dan
presentase absorpsi air agregat kasar rata-rata secara berturut ialah
2.759 - 2.403 - 2.532 - 5.361%.
Terima kasih telah membaca
Tidak ada komentar:
Posting Komentar